Penemuankarya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani oleh cucu ke-25-nya sendiri, Syekh Dr. Muhammad Fadhil, membuat dunia akademik dan pengamal tarekat/tasawuf terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Naskah ini selama 800 tahun menghilang dan baru ditemukan secara utuh di Vatikan. Manuskrip yang berisi 30 Juz penuh ini tersimpan secara baik di perpustakaan.
SAMARINDA, IAIN NEWS,- Pendiri dan Penasehat Utama Markaz Al-Jailani Internasional Turki sekaligus Pentahkik kitab Tafsir Al-Jailani Syekh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani Al Husaini yang merupakan cicit ke 25 Sulthonul auliya’ Syekh Abdul Qodir Al Jailani mengisi kuliah umum di IAIN Samarinda, Selasa 10/10/2017. Pada kuliah umum bertema peran ulama dalam meneguhkan nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan yang dihadiri ratusan mahasiswa IAIN Samarinda dan masyarakat umum ini Syekh Fadhil Al Jailani membahas berbagai hal tentang pemikiran dan karya fenomenal Syekh Abdul Qodir Al Jailani termasuk kitab tafsir Al Jailani yang ditahkiknya. Dalam pemaparannya Syekh Fadhil menceritakan proses penelitiannya dalam mencari manuskrip serta kitab-kitab yang ditulis langsung oleh kakek buyutnya itu. “di usia yang cukup muda yakni 20 tahun, sejak tahun 1977 saya mencari naskah-naskah karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani di lebih dari 400 perpustakaan di seluruh dunia. Lebih dari 30 tahun pencarian saya itu, saya menemukan 46 judul dari 100 judul,” tutur Syekh Fadhil dalam Bahasa Arab Fushah. Menurut Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani yang merupakan guru besar di berbagai perguruan tinggi seperti di Chicago AS, Karachi Pakistan dan Al Azhar Mesir ini, dalam mencari manuskrip dirinya menjelajah ke berbagai negara termasuk Itali-Vatikan yang terkenal sangat ketat dalam imigrasi. Namun dengan modal keyakinan Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani berhasil masuk hingga ke perpusatakaan pusat di Vatikan yang menyimpan manuskrip asli karya Syekh Abdul Qodir Jailaini. “Saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk mencari manuskrip Syekh Abdul Qodir Jailaini Radhiyallahu Anhu, dan sampai hari ini saya masih terus melanjutkan pencarian itu,” tuturnya. Kaitannya dengan tema pada kuliah umum ini Syekh Fadhil kembali mengajak para mahasiswa untuk senantiasa menjadikan Al- Qur’an dan Hadis sebagai rujukan hidup. Menurutnya penyebab dari berbagai pertikaian dan perpecahan dalam sebuah negara berawal dari pengkultusan terhadap individu. “Untuk itu sangat penting untuk kita kembali kepada Al Qur’an dan hadis agar kerukunan ummat dapat terbina dengan baik,” terangnya. Syekh Fadhil juga menambahkan tiga wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dikatakannya hendaknya mengatasi kebodohan dengan ilmu. Kebodohan identik dengan kegelapan dan cara mengatasinya dengan menghadirkan ilmu sebagai lentera dunia. Ke dua, persatuan dan kesatuan itu penting untuk membangun sebuah negara yang damai. Dan ke tiga, atasi kefakiran dengan meratakan bantuan. Setelah menyampaikan beberapa wasiat, Syekh Fadhil menutup kuliah umum dengan doa bersama. Diakhir percakapannya dengan Rektor IAIN Samarinda Dr. H. Mukhamad Ilyasin, cicit dari keturunan ke 25 Syekh Abdul Qadir Jailani RA yang juga penasehat utama Markaz Al Jailani menyampaikan siap bekerjasama dengan IAIN Samarinda dalam mewujudkan visinya.Tamam
DownloadTabligh Akbar Syech Muhammad Fadhil Al Jailani Al Hasani di Masjid Jamik Malang; Tabligh Akbar Syech Muhammad Fadhil Al Jailani Al Hasani di Masjid Jamik Malang. IDUL ADHA 1437 H/2016; Download Khutbah Iedul Fitri 2016; Download Kitab Karangan Abuya Sayyid Muhammad; Download Video Haul Syekh Abu Bakar bin Salim; Download Doa
Jakarta, – Maulana Assayid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani lahir pada 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is’ird, sebelah Timur Turki yang terkenal dengan kawasan ulama. Beliau adalah cicit dari generasi ke-25 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak usia 2 tahun oleh kakeknya, al-Quthub al-Alim Syekh Muhammad Shiddiq al-Jailani al-Hasani, beliau dibawa ke desa Tilan yang terkenal dengan daerah kalangan orang-orang mulia Saadah Asyraf dari trah al-Jailaniyah. Beliau besar di bawah bimbingan kakeknya tersebut. Hingga usia 13 tahun beliau kembali ke keluarganya di Jimzaraq untuk menyempurnakan pendidikan keagamaan. Kemudian beliau dikirim oleh kakeknya melanjutkan belajarnya di Kota suci Madinah selama beberapa tahun. Hingga pada tahun 1978 M, terbesit dalam hati beliau untuk mencari dan meneliti buah karya Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu‘anhu yang masih banyak berbentuk tulisan tangan asli manuskrip. Sejak saat itulah beliau habiskan waktu untuk mencari dan meneliti buah karya tersebut. Beliau kunjungi sekitar 50 perpustakan resmi nasional dan 10 perpustakaan khusus sulit dimasuki khalayak umum di lebih dari 25 negara. Kunjungan seperti ini beliau ulangi lebih dari 20 kali untuk beberapa negara. Dalam kunjungan tersebut beliau berhasil menemukan 17 kitab dan 6 manuskrip, salah satunya Tafsir al-Jailani yang menurut telaahan beliau tidak ada duanya dan bandingannya di dunia ini. Beliau mensyarahnya dengan menghasilkan sekitar lembar selain tafsir dan karya lain yang hilang yang tidak ditemukan di dunia ini selain dari usaha beliau. Beliau pun akan terus mencari dan meneliti karya-karya Sulthanul Auliya yang sangat banyak dan masih tersebar di belahan dunia. Terlebih, selepas keliling dunia beliau menjadi tahu bahwa ada 14 kitab yang hilang, belum diketahui keberadaannya. Ada pengalaman menarik yang beliau dapat saat mengunjungi perpustakaan Vatikan, Italia. Saat penjaga perpustakaan menanyakan maksud kunjungan beliau, maka seorang teman yang mendampingi beliau menjawab bahwa beliau sedang mencari dan meneliti kitab-kitab karya kakek beliau al-Jailani. Mendengar jawaban tersebut spontan sang penjaga pun berdiri penuh penghormatan dan berkata, “oh ya ya… Filusuf Islam, Abdul Qadir al-Jailani. Selepas beliau masuk ke perpustakaan tersebut, beliau temukan dalam katalog dan beberapa buku berbahasa Italia sebuah tulisan “Filusuf Islamâ€, dan dalam beberapa buku berbahasa arab “Syaikhul Islam wal Musliminâ€. Kedua julukan ini beliau tidak temukan di tiga benua manapun kecuali di perpustakaan Vatikan. Di perpustakaan tersebut beliau juga temukan sebuah ibarat “Adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu ‘anhu yang membicarakan bahasan 13 cabang keilmuanâ€. Pendidikan dan Karya Emas Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Maulana Syeikh mendapatkan gelar Sarjana Syariah dengan predikat baik sekali, dari University of Islamic Studies Pakistan pada tahun 2000. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 2003 beliau mendapatkan gelar Diploma Pasca Sarjana Studi Islam, dengan predikat baik sekali, juga dari University of Islamic Studies Pakistan. Pada tahun 2006, Maulana Syeikh berhasil menyelesaikan Doktoral Studi Islam Spesialisasi Studi Filologi dengan predikat baik sekali, dari Al-Ummah Open University Pakistan. Maulana Syeikh pada tahun 2015 mendapat gelar Professor bidang Studi Islam the American Open University School of Islamic & Arabic Studies. Sampai saat ini Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani masih aktif sebagai dosen di American University for Human Sciences/California. Selain itu Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani masih menjadi Pimpinan Umum Markaz al-Jilani Istanbul sampai saat ini. Beliau juga masih aktif sebagai peneliti manuskrip kitab-kitab turost, terutama turots-turost Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. Beliau juga pernah menjadi Guru Besar Masjid Nabawi semasa di Madinah. Berikut Karya Ilmiah Karangan Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani Nahrul Qadiriyah Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Tahqiq wa Dirasah Tafsir Surat Al-Fatihah wa Al-Baqarah Studi Filologi Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Al-Futuwwah fi Kaifiyati Akhdzi al-Ahdi wa al-Bai’ah Konsep Pengambilan Bai’at Dalam Tarekat al-Qadiriyah. Berikut Hasil Penelitian Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani Studi dan Penelitian Kitab Tafsir al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Fath Ar-Rabbani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Syarh Shalawat karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Nashaih al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ushuluddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Mukhtashar fi Ulumiddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Dan beberapa hasil Studi dan Penelitian kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. yang sudah tercetak sekitar 24 kitab dan beberapa lebih dari 48 kitab dalam proses penelitian. Karomah Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Syekh Muhammad Fadhil al-Jilani dan KH Musthofa Aqil Siroj memiliki hubungan sangat dekat sekali. Hal ini dikarenakan setiap kunjungan Syekh Fadhil ke Indonesia pasti akan mampir ke rumah Kiai Musthofa. Bahkan Syekh Fadhil pernah mengatakan bahwa Kempek adalah rumah kedua beliau. Begitu pula KH Musthofa Aqil, beliau bersama istri, Nyai Shobihah Maimoen Zubair pernah bersilaturrahmi ke rumah Syekh Fadhil di Turki. Selain itu, setiap kunjungan Syekh Fadhil di Kempek pasti dihadiri oleh ribuan orang yang ingin mendapatkan berkah dan karomah dari cucu ke-25 Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Banyak orang yang merasakan karomah Syekh Fadhil, di antranya pengasuh Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj. Berikut beberapa karomah Syekh Fadhil menurut Kiai Musthofa Aqil seperti yang beliau ceritakan dalam ceramahnya Pertama, ketika untuk pertama kalinya Syekh Fadhil berkunjung ke Kiai Musthofa Aqil. Kemudian Syekh meminta menginap di rumah Kiai Musthofa. Di mana pada malam itu, sebenarnya Kiai Musthofa punya jadwal pengajian di daerah Majalengka. Kiai Musthofa merasa bingung antara menemani Syekh di rumah atau meninggalkan Syekh, demi menghadiri pengajian tersebut. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada telepon dari panitia bahwa di Majalengka sedang hujan besar. Jadi saran panitia, lebih baik Kiai Musthofa tidak usah mengisi pengajian. “Alhamdulillah, Allah telah memberi keputusan untuk tetap bisa bersama dengan Syekh Fadhil di rumah,†kata Kiai Musthofa. Kedua, pada hari Sabtu sekitar jam 12, Syekh Fadhil permisi pulang. Setelah Syekh pergi, Ustadz Rohim menelpon Kiai Musthofa bahwa Syekh minta madu. Lantas beliau mengirim seseorang untuk mengantarkan madu tersebut kepada Syekh di Tol Kanci. Setelah itu, Kiai Musthofa masuk ke rumah dan berwudlu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah selesai, tiba-tiba ada tamu mengetuk pintu rumah. “Tok tok tok, Assalamu’ Lalu dijawab oleh Kiai Musthofa, “Wa’alaikumussalam,†jawab Kiai Musthofa. Kemudian dibuka pintunya, “Silakan masuk, dari mana pak?,†tanya Kang Muh. “Saya dari Riau, membawa madu untuk Kang Muh†jawabnya. Subhanallah, kata Kiai Musthofa, madu yang saya kirim kepada Syekh belum sampai diterima oleh beliau tetapi Allah sudah memberikan balasan madu satu wadah besar kepada saya. Ketiga, pertengahan tahun 2010, tepatnya pagi hari Jumat, Syekh Fadhil dengan Ustadz Rohim datang ke Kempek. Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri sekitar 400 kiai, bertempat di sebuah gudang yang dibuat menjadi ruang pertemuan dan di depan gudang merupakan tanah milik orang lain. Ketika selesai dari pertemuan, Kiai Musthofa matur kepada Syekh, “Ya Syekh berdoalah kepada Allah supaya tanah ini menjadi pondok Kemudian Syekh tersenyum. Kiai Musthofa paham isyarat tersebut, bahwa mana mungkin tanah milik orang lain mau dijadikan pondok. Kemudian Syekh mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Setelah Syekh Fadhil pulang pada hari Sabtu, kemudian pada hari Senin setelah Ashar, sekitar jam 5 sore, orang yang punya rumah di depan bengkel itu datang meminta Kiai Musthofa membelinya karena rumah tersebut hampir roboh. Lantas, rumah itu dibeli. Ternyata, tetangga-tetangga yang lainnya juga rumahnya ingin dijual kepada Kiai Musthofa. Akhirnya, atas berkah doa Syekh Fadhil, hajat Kiai Musthofa Aqil terkabul. Setengah tahun kemudian, gudang itu dibangun aula al-Ghadier dan dimulai pembebasan tanah. Sehingga sekarang area ini telah menjadi Pondok Pesantren sebagai tempat santri mengaji. Redaksi Aktual
Dapatdiketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Negara Turki. Beliau tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecilnya, beliau diasuh oleh kakeknya Syekh Muhammad Shiddiq Al-Jailani dan ayahanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani. You may like
Sidoarjo, NU Online Cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Syekh Muhammad Fadhil al-Jailani hadir sebagai pengisi acara Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani pada kegiatan ritual keagamaan Puncak Resepsi 1 Abad NU di area Stadion Delta Sidoarjo, Jawa Timur Selasa 7/2/2023 dini hari. Syekh Fadhil al-Jailani yang didampingi Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi Gus Fahrur menyampaikan bahwa Indonesia sudah seperti negaranya sendiri. Bahkan bila ada orang yang bertanya saat hendak ke Indonesia, ia selalu menjawab dirinya datang ke negaranya sendiri. "Kalau seandainya saya pergi ke Amerika, saya ditanya ke mana kamu pergi? Saya mau pergi ke Amerika. Ke mana kamu? Saya mau ke Eropa. Ke mana kamu? Ke Afrika. Ke mana kamu? Ke Rusia. Tetapi kalau ke Indonesia, saya jawab saya datang ke negara saya sendiri yang dijaga oleh Allah swt," katanya disambut tepuk tangan ribuan jamaah yang hadir. Syekh Fadhil mengatakan, kehadirannya di acara Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani untuk mengisi mauidzah hasanah. Dia akan menyampaikan nasihat-nasihat yang disampaikan sang kakek Syekh Abdul Qadir Jailani kepada dirinya. Dia juga mengaku akan memberikan ijazah tariqah qadariyah al-Aliyah. "Tetapi sebelum itu saya ingin mengajak jamaah berdzikir bersama dan serta melantunkan qasidah bersama sebelum ditutup dengan doa," tuturnya. Ia menegaskan bahwa NU adalah organisasi penganut paham Ahlusunnah wal Jamaah yang dia cintai. Dia juga sempat merasa bingung datang ke acara NU, karena kondisi sang ibunda yang sedang terbaring sakit. Namun, berkat doa dan izin dari sang ibunda, Syekh Fadil akhirnya memutuskan untuk datang ke acara resepsi satu Abad NU. "Saking cintanya saya kepada NU," ujarnya. Sebelumnya, Syekh Fadhil al-Jailani juga menghadiri acara Muktamar Fiqih Peradaban I yang digelar di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin 6/2/2023 pagi. Syekh Fadhil hadir bersama ulama fikih mancanegara lainnya untuk mendiskusikan terkait piagam PBB. Pantauan NU Online, kegiatan manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani diikuti oleh ribuan jamaah Puncak Resepsi 1 Abad NU yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka sudah memadati area Stadion Delta Sidoarjo sejak Senin 6/2/2023 malam. Setibanya di Stadion Delta Sidoarjo para jamaah langsung memadati panggung Khatmil Qur'an dan Shalawat di area stadion. Mereka tampak antusias mengikuti tawasulan, pengajian, dan shalawatan. Termasuk shalawatan bareng KH Said Agil Husein Al-Munawwar. Kontributor Abdul Rahman Ahdori Editor Syamsul Arifin
nasihatsyekh abdul qadir al jailani tentang ridho. wasiat nasehat syekh abdul qadir al jailany. karomah syekh abdul qodir jailani ketika jadi gelandangan. tinta harian wasiat terakhir syeikh abdul qadir al. ghaib99 asma syeikh abdul qodir al jaelani r a. wasiat syaikh abdul qadir jailani bahasa dan